cerpen, perjuangan


Fadli sillia
Cerpen
PERJUANGAN
Di sebuah Desa kecil yang terpencil, yang jumlah penduduknya hanya sekitar  ±50 rumah dan ±300 jiwa, nama Desa itu adalah Jeri . Masyarakat yang hidup di desa itu tidak terlalu tertarik dengan masalah pendidikan bahkan mereka beranggapan bahwa pendidikan hanyalah tradisi baru yang tidak ada jaminan apa- apa pada masa yang akan datang, dan  juga pendidikan hanya membuat orang akan menghambur-hamburkan uang dan tidak mendapat manfaat sepenuhnya. Itu yang ada di pikiran masyarakat Jeri yang sudah membudayai dalam kehidupan mereka dan membuat mereka lebih tertarik dengan prioritas yang mereka kerjakan sehari-hari yaitu bekerja sebagai petani, nelayan, dan kulih bangunan sebab pekerjaan yang mereka lakukan langsung mendatangkan hasil dan dapat dijamin. Mereka percaya bahwa pekerjaan itu yang telah memberi mereka hidup bahkan orang-orang sebelum mereka. Oleh sebab itu, mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak penting sama sekali.
Banyak pemuda yang tinggal di Desa Jeri tidak ingin bersekolah sebab mereka sudah terpengaruh dengan paradigma masyarakat Desa Jeri yang mempengaruhi kerangka berpikir mereka tanpa mencaritahu terlebih dahulu sebenarnya pendidikan itu seperti apa. ini merupakan salah satu pengaruh budaya yang telah membatasi pikiran masyarakat terhadap globalisasi modern. Di Desa itu terdapat seorang anak muda bernama Ello yang merasa bahwa telah terjadi kesalahpahaman masyarakat setempat yang menganggap pendidikan tidak mendatangkan manfaat apa-apa. Ello berasal dari keluarga yang bisa dikategorikan tidak mampu. Faktor kekurangan dalam kehidupannya tidak membuat dia harus tidak bersekolah seperti teman-temannya. Ello percaya bahwa pendidikan akan mendatangkan masa depan yang cerah.
Pada suatu hari, ketika Ello sudah menyelesaikan ujian akhir SMA dan sedang menunggu hasil kelulusan yang akan diumumkan langsung oleh bapak kepala sekolahnya,  Ello sudah memikirkan rencana jika dia lulus, kemana dia akan lanjut. Saat pengumuman kelulusan berlangsung, tiba-tiba dia berteriak histeris ketika pihak sekolah menyatakan lulus 100% dan saat itu juga dia meneteskan air mata bahagia bersama teman-temannya, semua orang pada saat itu menampakkan wajah gembira mereka dengan penuh keceriaan.
Namun sangat disayangkan, ketika Ello pulang dan tiba dirumahnya, dia mendapatkan ayah dan ibunya sedang berdiskusi kecil di meja makan, dia mendengar percakapan mereka bahwa mereka tidak mampu melanjutkan Ello ke perguruan tinggi karena mereka tidak mempunyai uang, jangankan untuk melanjutkan Ello ke perguruan tinggi, makan sehari-hari saja terkadang tidak cukup apalagi biaya pendidikan yang begitu mahal, itu yang menjadi alasan mereka tidak bisa melanjutkan Ello. Wajah Ello yang tadinya gembira bersama teman-teman kini berubah menjadi sedih karena harapan yang sudah dia rencanakan sebelumnya akan menjadi sia-sia dan dia merasa stress pada saat itu karena dia akan berprofesi sama seperti teman-temannya yang tidak sekolah. Tapi dia tidak mau perjuangannya berhenti sampai disitu dan dia tidak ingin putus asa.
Ello berkata “ Aku akan menjadi orang yang paling hebat apabila aku bisa memperjuangkan pendidikanku meskipun orang tuaku tidak mampu melanjulkan aku ke perguruan tinggi, aku akan berusaha untuk bisa lanjut walaupun itu berat” .
Akhirnya Ello memutuskan untuk tidak menyerah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dia hadapi saat itu, maka dia berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang untuk mengatasi masalah itu yaitu melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Dia menemukan cara bagaimana supaya dia bisa mendapatkan uang dengan bekerja keras dan dia menyadari bahwa hanya ada 2 cara yaitu ke laut atau ke gunung karena disana hanya ada cara itu untuk mendapatkan uang, maka dia memilih untuk ke gunung dan pekerjaan yang dia kerjakan adalah buat kopra (kelapa) karena pada saat itu kebun kelapa satu-satu milik ayahnya harus menjadi korban walaupun kebun kelapa itu yang menjadi sumber kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Ello mulai bekerja dengan penuh semangat yang diawali dengan proses pemanjatan kelapa hingga selesai dan memakan waktu kira-kira 4 hari lamanya. setelah kelapa itu selesai dibuat kemudian dijual dan hasilnya adalah Rp. 600.000, uang yang tidak ada apa-apanya bagi sebagian orang tapi itu sangat berharga bagi dia. Perjuangannya yang sangat luar biasa hanya karena ingin belajar lebih tinggi saja, dia terpaksa harus melakukan pekerjaan yang belum pantas dilakukan oleh anak seusia dia. Dengan jumlah uang Rp. 600.000, itu sebagai pembuka jalan pertamanya untuk menjadi orang sukses. Kemudian Ello memisahkan uangnya sebanyak Rp. 250.000, dari uang Rp. 600.000, tadi untuk membeli tiket kapal yang akan dinaikinya untuk merantau dengan niat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, dan sisa uang pegangannya hanya Rp. 350.000, sebagai bekal ketika di rantau.
Itu merupakan sebuah tindakan yang tidak semua orang bisa melakukannya tapi dia hanya bermodal Iman dan keberanian. Ello berangkat secara diam-diam tanpa sepengatahuan orang tuanya juga teman-temannya bahkan tidak ada orang yang akan menjemput dia saat tiba di tempat tujuannya dan harapanya ialah dia tiba di tempat tujuannya, Dia akan bertemu dengan seseorang yang dia kenal dan bisa menerimanya menginap sebentar di tempat orang itu. Saat tiba di tempat tujuannya.
Dia berkata “ betapa luasnya negeri ini, kemana saya akan pergi hari ini dan dimana saya akan tidur malam ini”
Dengen sedikit kebingungan dan bekal yang sangat sedikit, dia berjalan kesana kemari, dia melihat salah satu teman SMP nya dulu, dia menyapa teman lamanya itu dan bebincang-bincang tentang banyak hal, Ello meminta kepada temannya agar dia diijinkan tinggal sementara di tempat temannya itu dan temannya setuju dan mengijinkan dia tinggal di tempatnya. mereka pergi ke tempat teman lamanya itu dan setelah tiba di tempat temannya, ternyata Ello juga bertemu dengan banyak teman lamanya. Setelah berbincang-bincang dengan teman-teman lamanya.
Setelah itu Ello baru memberitahu kepada orang tuanya tentang keberadaannya di negeri orang karena dia berangkat tanpa sepengetahuan keluarganya. Saat Ello memberitahu kepada orang tuanya, Orang tuanya kaget bahwa anaknya berada di negeri orang, mereka sangat menghawatirkan keadaan anak mereka di negeri orang dan saat itu mereka berada dalam kebingungan, kemudian orang tuanya menyadari bahwa begitu besar keinginan anaknya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi tapi orang tuanya memikirkan tentang dimana dia tinggal tapi saat dia beritahu bahwa dia tinggal bersama teman lama nya, akhirnya orang tuanya merasa tenang.Orang tuanya mengirimkan sejumlah uang kepada Ello untuk mencari kamar kost beserta perlengkapan yang dibutuhkan dan juga sebagai uang pendaftaran masuk ke perguruan tinggi.
Dalam pelaksanaan test untuk masuk ke perguruan tinggi akhirnya dia lolos dan diterima di sebuah perguruan tinggi terkemuka di negeri itu. Hari pertama dia berproses dan menjalankan aktivitasnya sebagai seorang mahasiswa, dia merasa sangat bahagia karena impiannya untuk bisa lanjut ke perguruan tinggi kini tersampaikan, Ello merupakan sosok yang teladan, pintar, sopan, dan baik hati.  Namun dia harus menghadapi masalah baru lagi, karena pemerintah telah merubah system baru yaitu UKT(uang kuliah tunggal) yang merupakan sebuah system yang melibatkan mahasiswa yang tidak mampu berada di kategori 3 yang biaya semester paling mahal. kategori 1 adalah golongan yang paling tidak mampu, kategori 2 adalah golongan yang setengah tidak mampu, dan kategori 3 adalah orang yang mampu. Mahasiswa yang termasuk kategori 3 maka mereka harus membayar  uang semester sebeser Rp. 2.500.000 atau lebih, tapi yang termasuk dalam kategori 3 pada saat itu ternyata bukan hanya orang yang mampu bahkan orang yang tidak mampu juga masuk dalam kategori 3 dan itu  sangat  memberatkan sebagian mahasiswa yang berasal dari keluarga yang  tidak mampu, termasuk Ello medapat kategori 3 padahal dia berasal dari keluarga yang tidak mampu padahal system yang diterapkan  sebelumnya seluruh mahasiswa hanya membayar uang semester dengan jumlah yang sama yaitu Rp.720.000 per-semester.
 Saat itu Ello menjadi stress karena masalah UKT yang membuat orang tuanya mau tidak mau harus mengatakan kepada Ello bahwa mereka tidak sanggup membayar uang semester karena biaya semester yang begitu mahal. Jadi orang tuanya meminta Ello agar pulang kepada mereka.  Ello sangat terpukul pada saat itu tapi dia berusaha fokus serta mencari jalan keluar, Ello percaya bahwa pasti ada jalan keluar dari masalah yang dia hadapi saat itu, dia mencoba untuk  tidak memikirkan masalah itu dan fokus hanya pada belajar saja walaupun sudah tidak ada harapan lagi dari orang tuanya tentang kuliahnya dia. Ello mendatangi dosen agar diberikan beasiswa namun tidak pernah berhasil, Ello hanya bisa pasrah dan terima atas semua ujian yang diberikan oleh Tuhan kepada dia, apabila Ello tidak menemukan jalan keluarnya maka Ello terpaksa harus kembali ke kampung halamannya berdasarkan keputusan orang tuanya untuk tidak melanjutkan kuliah.
Tapi takdir telah menentukan bahwa Ello akan tetap melanjutkan kuliahnya,  tiba-tiba ada seorang temannya menelpon dia dan berkata bahwa Ello terdaftar sebagai penerima beasiswa pengganti, sebagian mahasiswa yang memiliki IP di bawah standar maka akan digantikan oleh mahasiswa lain yang memiliki IP lebih tinggi yang memenuhi persyaratan penerima beasiswa.
Ello tidak yakin atas apa yang sedang terjadi pada diri dan kehidupannya saat itu, tapi temannya berusaha untuk meyakinkan kepada Ello bahwa Ello benar-benar terpilih menjadi salah satu mahasiswa penerima beasiswa. Ello sangat bersyukur atas semua yang telah diberikan oleh Tuhan kepada dia. Hari itu merupakan hari dimana hidupnya terlihat lebih bahagia dari pada hari-hari yang lain. Setelah itu Ello tidak lagi memikirkan masalah keuangan lagi yang sudah membuat dia tersiksa karena takut tidak dapat lanjut kuliah.
Kini Ello mulai merasa lebih nyaman dan tidak ada lagi beban sedikitpun dan diapun dapat belajar dengan tenang tanpa memikirkan masalah apapun. Ello semakin berkembang menjadi mahasiswa yang lebih cerdas dan berkualitas dari sebelumnya juga menjadi motivator serta inspirator bagi teman-temannya, bahkan dia menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat Desa Jeri dan juga kepada semua orang yang mengenal dia.
Masyarakat Jeri mulai menyadari bahwa pendidikan itu penting dan bermanfaan juga menjamin masa depan yang lebih cerah dan masyarakat mulai paham bahwa pendidikan bukanlah tempat yang menyediakan pekerjaan namun pendidikan hanya sebuah wadah untuk seseorang mempersiapkan diri untuk merubah cara berfikir seseorang untuk  bertindak dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Dengan perjuangan Ello itu telah merubah paradigma masyarakat di tempat asalnya sehingga masyarakat mulai tertarik dengan pendidikan dan mereka mendorong generasi muda di Desa Jeri untuk lebih peduli terhadap pendidikan.
Akhirnya budaya yang sudah berpengaruh besar tehadap masyarakat Desa Jeri yang sudah berlangsung turun-temurun dari generasi ke generasi yang bertolak belakang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi modern ini dapat ditinggalkan dan dihapuskan dari kehidupan masyarakat Desa Jeri. Bahkan dalam percakapan masyarakat Jeri selalu dominan masalah pendidikan yang mereka bicarakan.

Ø  Pesan Moral : kesuksesan bergantung dari apa yang anda mulai sekarang, dan apabila anda tidak melakukan apa-apa dari sekarang, jangan pernah bermimpi terhadap kesuksesan yang akan datang, Ingat! Waktu tidak pernah menunggu ketika kita berdiam, kurangi berkata-kata dan perbanyak tindakan.

Ø  Cerita pendek ini sengaja saya tulis dengan maksud dan tujuan untuk menghibur dan memotivasi para pembaca agar selalu berjuang menghadapi semua masalah apapun dengan penuh semangat dan pantang menyerah dalam kehidupan.Cerita pendek ini adalah cerita yang lahir dari imajinasi saya yaitu cerita yang bersifat fiktif. Mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama dan tempat dalam cerita ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


Karya
MHD. FADLI SILLIA

Komentar

Postingan Populer